Menyusui itu memang (tidak) mudah

aku mau share pengalamanku soal menyusui, sengaja aku buat judul dengan kata "tidak" yang diberi tanda kurung, karena aku yakin pasti banyak ibu yang mengalami bahwa menyusui itu memang benar2 tidak mudah, tp banyak juga yang pasti bersikeras bilang bahwa menyusui itu mudah, ya gak...?

nah kalau aku ditanya mana yang lebih menggambarkan pengalamanku, aku akan bilang aku mengalami di dua kondisi itu, selama proses menyusui yang sampai detik ini masih aku lakukan, aku merasakan masa2 tidak mudah, tp juga merasakan saat2 yang sangat mudah....
mungkin karena itulah kenapa selalu ada perdebatan sengit diantara ibu2 (terutama ibu2 yang bergabung dimilis2 baby/parenting) mengenai pemberian ASI, buat yang selama ini dilancarkan proses menyusuinya, pasti akan terang2an bilang kalau ibu yang bilang susah atau seribu alasan tidak bs memberi ASI itu adalah ibu yang tidak memperjuangkan hak baby'nya, tp menurutku...sometimes keadaan terpojokkan itulah yang makin membuat si ibu stress, kepikiran, dan merasa makin tak berdaya hingga akhirnya ASI-nya makin lama makin gak keluar....dan hal itu bener2 aku alamin waktu saat proses menyusui Kyan

dulu, waktu Kyan lahir, kampanye ASI belum segencar saat ini...waktu itu Oktober 2007
2 hari ASI ku belum keluar, suami, bapak dan ibuku sudah langsung menyarankan untuk memberikannya sufor, dan RS pun tidak memberikan banyak prosedur2 untuk segera memberikan sufor kepada Kyan..jadilah sekitar 3harian Kyan minum sufor sampai akhirnya ASI-ku bisa keluar
Alhamdulillah ASI ku lancar jaya dan menyusui Kyan selama full aku 3 bulan cuti melahirkan...sayangnya aku gak punya banyak wawasan soal menyetok ASI, belajar memberikan ASIP selama nanti aku bekerja, bahkan aku sempat dirawat seminggu di RS sebelum masuk kerja karena Typus dan sama sekali gak bisa menyusui Kyan :( alhasil...waktu masuk kerja lagi, aku hanya bermodal ASIP sekitar 8 botol saja, menyedihkan yaa...
dan hanya sekitar seminggu saja stok ASIP habis ludes sampai akhirnya aku harus mencampur ASI+sufor untuk Kyan selama aku kerja,
syukurnya sih proses perah memerah ASI tetap aku lakukan dikantor sampai Kyan usianya 9 bulan, tapi berhubung jaman itu aku masih jadi engineer, sering banget meeting ke customer, sering ke luar kota, jadwal memerah kadang skip2 dan bahkan lama2 hampir susah sekali menyempatkan diri untuk memerah....
yang awalnya aku memerah sehari 3 kali, jadi 2x..trus jadi 1x...akhirnya sama sekali blast cuma menyusui sesampainya dirumah aja....

sempet curhat sana sini, tp beberapa temen malah menyalahkan aku yang salah dari awalnya kurang banyak menyetok ASIP, ada yg bilang kalau harusnya merah itu 4x sehari (waduh bagaimana bisa kalau kerjaan lagi banyak2nya), apalagi tiba2 harus keluar dr meeting untuk memerah, mungkin semua itu mudah bagi beberapa orang, tp ternyata tidak mudah bagi aku saat itu....

sementara, saat melahirkan Eno kemarin, kampanye ASI sudah sangat gencar, jadi walaupun ASI ku belum keluar 3 hari, RS tetep tidak memberikan sufor apapun kepada Eno, even ortu ku dan suami sempet mengitik2 untuk memberikan sufor saja dulu (istilahnya daripada anaknya ga ada asupan apa2), RS meminta surat tertulis dan di tandatangani bahwa pemberian sufor itu berdasarkan atas kemauan sendiri, dan bukan saran dr RS...tapi aku masih teguh hati untuk tidak memberikan sufor kepada Eno....
walaupun hasilnya memang Eno mengalami hyperbilirubin karena kekurangan cairan, bahkan sampai harus dirawat inap 2x walaupun dirumah sudah disusui terus, dan nilai bilirubinnya sampai angka 19!!
disinilah mulai aku rasakan lagi betapa tidak mudahnya berjuang untuk memberikan ASI...
harus bolak balik ke RS karena Eno dirawat, dan aku setiap 3 jam sekali mengantar ASIP untuk diminumkan...apalagi jarak dr bekasi ke tambak kan gak deket, suamiku aja sudah mulai mengitik2 aku lagi untuk memberikan sufor saja....karena dia yang bolak balik mengantarkan ASIP bahkan jam11 malam, jam3 pagi...
tapi syukur Eno akhirnya bisa turun perlahan2 bilirubinnya dan boleh pulang setelah 2hari...

tapi perjuangan ASI gak hanya sampai disitu, selama dirumah, aku tiba2 mengalami alergi kulit gatal2 yang menyerang hampir seluruh tubuh...sudah datang ke dokter spec kulit sampai klinik alergi, solusinya sebenernya cuma satu...aku harus menghindari pencetus alergi tersebut, mungkin dari susu, kacang2an, seafood, makan2an yang ngandung MSG, mandi pakai air terlalu dingin/panas, lotion, sabun, dan banyak lagi sampai2 aku kadang bingung harus menghindari apalagi karena alerginya gak juga hilang2....
banyak obat yang dikasih, tp karena kuatir akan berpengaruh thdp ASI yang diminum Eno, aku akhirnya pasrah aja dengan gatal2 itu...menderita memang, dan lagi2 ini sangat tidak mudah....
apalagi kalau harus menghindari banyak makanan sehat yg sebenarnya mungkin dibutuhkan nutrisinya untuk Eno...ujung2nya ya aku hajar aja semua makanan, biar aja deh gatel2...toh dokter sempet bilang mungkin jg karena pengaruh hormonal pasca melahirkan, yang mungkin baru hilang stlh kurang lebih 6 bulanan...

dan yang semakin parahnya ketika eno mau 3bulan, aku lagi2 terkena typus (again)..dan ada semacam bakteri didalam sal pencernaan yg menurut dokter aku harus minum obat 2 minggu tanpa henti untuk menghilangkan bakteri itu (selain antibiotik untuk typusnya), tp syaratnya tidak boleh menyusui dulu, karena obatnya kurang aman thdp ASI...waduh dilema banget memang saat itu, tp karena lagi2 demi Eno, aku sama sekali gak minum obatnya, karena aku udah ketakutan duluan kl sampe ga nyusuin eno, takut dia nanti bingung puting atau malah jd gak mau nyusu sama sekali kl dah 2minggu gak ditetekin...jadi aku jg gak tau sebenernya sakitnya sudah sembuh atau belum, waktu itu sih aku hanya makan yg lembut2 dulu agar typusnya gak semakin parah dan jangan sampai aku rawat inap lagi kayak waktu Kyan dulu...
karena kalau dipikir2, sepertinya karena penyakit Lupusku, mungkin aku jd mudah terserang penyakit pasca melahirkan...

secara tidak langsung aku melakukan semua itu karena kekuatiran thdp omongan2 teman2 kalau sampai aku gagal lagi memberi ASIx kepada anakku, sampai2 aku merelakan membiarkan penyakit2 didalam tubuh tanpa obat2an...yup! secara tidak langsung doktrin2 itu mulai memasuki otak tanpa aku sadari....
bahkan kadang aku jadi musuh sendiri bagi suamiku yang selalu berpikir, yaa kalau memang kondisi dan keadaan, jangan memaksakan..sufor juga ada karena dr sejak jaman dahulu kita menemukan ada beberapa ibu yg memang tidak bs memberikan ASI, yang sama sekali tidak keluar ASI-nya, bukan berarti tidak mau ngasih ASI, tp kan kalau memang kondisinya tidak memungkinkan...mau gimana lagi...maklum suamiku kan kerja dari perush yang memang jualan sufor, hehehe...
jd memberi ASI didepan seorang marketing susu formula sangat2 tidak mudah bagiku, walaupun dia jg menjelaskan, secara detail (karena dia mengerti pangan dan gizi) bahwa sufor tidak "sebahaya" yang dikampanyekan konsuler ASI..dan memberi sufor bukan suatu dosa, bukan parameter bahwa bukan ibu yg sempurna...
dia selalu menekankan, ASI memang pualing terbaik untuk bayi, tp kalau memang ada keadaan yg tidak memungkinkan si ibu memberi ASI, ya gimanalagi kl bukan sufor...?

tapi sekarang akan ada jawaban, donor ASI aja...!
tapi ini pun masih pro kontra karena kekuatiran soal nanti akan jadi saudara sepersusuan, dan apakah kita bisa menjamin apa yg dimakan dan dikonsumsi si pendonor sudah halal dan sehat...? ujung2nya aku jg masih takut untuk melakukan itu....

tapi akhirnya, aku masih bersikekeuh untuk tetap berjuang ASIx dan membiarkan saja penyakitku sembuh sendiri, hehehe...kl dipikir2 toh emang dari dulu aku sudah penyakitan, ya udah biar ajalah :P

so selama cuti 3 bulan, berbekal yakin sama diri sendiri, akhirnya aku berhasil mengumpulkan stok ASIP sampai 80 botol sebelum masuk kerja, wuihh menurutku ini merupakah prestasi hihihi....makanya saat2 itu aku merasakan jg ternyata betapa mudahnya menyusui sambil memerah dan menyimpan ASIP bs dilalui dengan lancar jaya...
dan saat ini juga aku bisa kadang memerah 3-4x diantara jam2 kerja karena sekarang pekerjaanku bukan engineer lagi, lebih banyak adiministrative'nya dan hampir gak berhubungan atau sering2 meeting dengan pihak luar, dan tentunya sudah stay diJKT terus, gak pernah ada lagi business trip keluar kota...dan dari hal ini aku bs menyimpulkan, kalau semua faktor lingkungan jg mendukung situasinya, akhirnya proses menyusui (termasuk pumping) jadi lebih mudah...tidak seperti dulu waktu jaman Kyan

alhamdulillah sekarang Eno sudah mau 5 bulan minggu depan, dan aku masih tetap bisa memberikan ASI buat Eno...aku cuma bisa share kalau memang semua ini dilewati dengan masa2 naik turun, kadang dimudahkan kadang gak mudah, belum lagi selama memerah ASI menggunakan tangan, ruas2 jariku yang ikut kena alergi (karena pecah2 kulitnya) juga selalu perih tiap kali aku gunakan untuk pumping....
atau waktu waktu memerah yg kuhabiskan dikantor membuat kerjaanku bertumpuk, sementara kalau dirumah menghilangkan waktu2 ku untuk bermain dengan si kakak...
tapi kalau semakin aku memikirkan hal itu, aku yakin ASI ku akan mengikuti ritme turun naiknya psikisku...jadi memang harus dibawa enjoy aja kali yaa....

yang jelas, positive thinking aja...ignore semua omongan2 orang yang "kadang" sok paling sempurna jadi ibu, smakin kita berusaha untuk mengikuti saran dia, semakin kita stress karena ternyata kita memang bukan dia....

bersyukurlah kalau ada ibu yang bisa menyusui tanpa hambatan, tanpa halangan, dengan ASI berlimpah, tapi buat yang tidak dalam kondisi itu, tenang aja, kamu gak sendirian...dan sufor bukan racun kok :) apapun yang kita berikan untuk anak pasti kita mau yg terbaik, dan hanya feeling ibu lah yang paling mengetahui apa yg dirasa dan dibutuhkan sianak, gak pernah ada ibu yang sempurna, menjadi ibu adalah proses pembelajaran seumur hidup...jd nikmatin aja :)

dan kalau menurutku, kampanye ASIx akan lebih baik kalau kita memperjuangkan cuti melahirkan 6 bulan di Indonesia (supaya bisa ASIx), karena kalau masih 3 bulan, 3 bulan selanjutnya akan menjadi masa2 perjuangan si ibu (terutama yg bekerja)dengan berbagai macam faktor lingkungan yang akhirnya menghambat dia utk tetap bs memberikan ASI bagi baby'nya...
tp mungkinkah...yah siapa tau yaa...kali2 aja pemerintah mau mendukung cuti melahirkan 6 bulan hehehe, just my wish :)